Sabtu, 08 Juni 2013

aku belum sempat memberi judul



Hmpft. Beberapa hari terakhir, yang jika diterjemahkan dalam skala waktu berarti dua sampai dengan tiga minggu yang lalu hingga saat ini, aku mengalami kegelisahan yang mendalam nona. Dua tiga minggu terakhir banyak hal berkelebat, melesat cepat mempecundangi waktu.

Jadi begini nona, sebelum pilpres terlaksana, sebelum presiden kita dianugerahi penghargaan yang lebih aneh lagi, aku ingin meminta maafmu. Ya, bukan satu maaf, tapi empat, lima, atau berapapun yang aku butuhkan, tergantung aku merunut kesalahan. Kau mungkin saja berpikir, “ah, apa-apaan ini si wildan. Datang tiba-tiba, minta maaf suka-suka. Situ kira maaf saya tidak ada harga?! Cih!”. Jika kau benar mengatakan itu, kuharap bibirmu tidak cukup maju hingga sanggup aku berjalan diatasnya untuk kemudian mendarat di pelukanmu

Kesalahan pertama: Aku tidak menepati janji.

Ini adalah kesalahan fatal. Sefatal PKS yang masih saja mengaku partai bersih. Sefatal SBY yang memilih merilis akun facebook, dan sefatal…..ah, yang jelas bagiku ini kesalahan yang anfal. Pada gerbang internet kita sudah berjanji mengikat diri, akan membuat tradisi yang kelak kita isi dengan tulisan-tulisan penuh imaji. Tapi lihat, baru satu dua surat saja aku sudah tidak kuat. Seharusnya aku belajar push up jari pada roy suryo. (jangan tanya kenapa harus roy suryo, pokoknya jangan). Untuk salahku yang pertama, maafmu kuminta satu.

 Kesalahan kedua: aku menuduh si “sibuk”

Entah berapa kali aku mengkambinghitamkan pak sibuk dan keluarganya atas ketidaktepatanku memenuhi janji padamu. Dan, entah berapa kambing yang aku hitamkan demi mendapat pengecualian atas keterlambatanku menulis. Seharusnya aku sepertimu, tetap menulis meski kegiatan perlahan membunuh kreatifitas. Atas kesibukanku menuduh sibuk, kali kedua aku meminta maafmu.
Kesalahan ketiga: aku membeli playstation.

Harusnya aku menempatkan ini pada posisi kesalahan pertama dan yang utama. Kau tahu, semenjak aku membeli console game sialan ini, jariku bukannya semakin lincah menari, malah mereka kini sibuk menekan tombol bersimbol bangun segi empat, tiga, lingkaran, serta sederet penunjuk arah itu. Seakan tidak mau lepas, seharian mataku sanggup terjaga menyaksikan permainan bola apik khas PS3. Dengan ini, resmi sudah kuminta maafmu yang ketiga.

Waktuku 24 jam sehari. Tapi entah kenapa aku menyelesaikan tulisan ini seperti pecundang. Sebab itu, ajari aku untuk sepertimu.

Jangan lelah mengingatkanku. Jangan letih memburuku dalam tenggat waktu. Aku perlu itu, agar aku tetap sadar, bahwa ada yang menunggu tulisanku.
P.S: aku menulis ini dalam perasaan yang tidak keruan. Di masa berikutnya akan aku ceritakan ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar