Akhir-akhir ini saya sulit sekali
untuk memulai menulis. Banyak sekali hal yang dijadikan alasan untuk
membenarkan menunda pekerjaan yang seharusnya dari awal sudah bisa dituntaskan.
Tiap kali saya coba berkonsentrasi untuk kemudian duduk dengan diam dan tenang
mengerjakan revisi tesis, tiap kali pula saya terdistraksi, seakan pikiran
menolak mentah-mentah untuk menyelesaikannya. Kalau saja menulis revisi tesis semudah
menulis potingan blog, pastilah barang laknat ini akan selesai dalam hitungan
hari saja.
Sudah hampir sebulan saya di
jakarta. 30 hari berlalu, 30 hari terbuang percuma. Teman-teman melalui
postingan di berbagai social media mengindikasikan bahwa mereka terus bergerak
maju. Sedangkan saya disini berusaha untuk menuntaskan hal remeh yang pastilah
jika dibandingkan dengan beban pekerjaan rekan-rekan, tentulah barang ini tidak
ada apa-apanya. Saya merasa kalah, saya merasa gagal. Bagaimana bisa beberapa
lembar tulisan menahan saya hingga menjadi lumpuh tidak berdaya. Sigh.
Ini kebiasaan buruk. Ini tabiat
yang tidak elok sama sekali. Menunda-nunda pekerjaan hingga menit-menit
terakhir, lantas membabi buta mengerjakan dengan mengabaikan tujuan akhir
penulisan; kesempurnaan.
Seharusnya ini mudah, seharusnya tidak demikian gampangnya saya menyerah. Pada keadaan yang melumpuhkan, mari melawan!