Minggu, 07 September 2014

mengumpulkan remah-remah tenaga

Tidak bisa biasa.
 
Akhir-akhir ini saya sulit sekali untuk memulai menulis. Banyak sekali hal yang dijadikan alasan untuk membenarkan menunda pekerjaan yang seharusnya dari awal sudah bisa dituntaskan. Tiap kali saya coba berkonsentrasi untuk kemudian duduk dengan diam dan tenang mengerjakan revisi tesis, tiap kali pula saya terdistraksi, seakan pikiran menolak mentah-mentah untuk menyelesaikannya. Kalau saja menulis revisi tesis semudah menulis potingan blog, pastilah barang laknat ini akan selesai dalam hitungan hari saja.

Sudah hampir sebulan saya di jakarta. 30 hari berlalu, 30 hari terbuang percuma. Teman-teman melalui postingan di berbagai social media mengindikasikan bahwa mereka terus bergerak maju. Sedangkan saya disini berusaha untuk menuntaskan hal remeh yang pastilah jika dibandingkan dengan beban pekerjaan rekan-rekan, tentulah barang ini tidak ada apa-apanya. Saya merasa kalah, saya merasa gagal. Bagaimana bisa beberapa lembar tulisan menahan saya hingga menjadi lumpuh tidak berdaya. Sigh.

Ini kebiasaan buruk. Ini tabiat yang tidak elok sama sekali. Menunda-nunda pekerjaan hingga menit-menit terakhir, lantas membabi buta mengerjakan dengan mengabaikan tujuan akhir penulisan; kesempurnaan.

Seharusnya ini mudah, seharusnya tidak demikian gampangnya saya menyerah. Pada keadaan yang melumpuhkan, mari melawan!