Sabtu, 08 Juni 2013

kita dan percakapan yang tersimpan

Image

Ketakutan terbesarku adalah, ketika apa yang selama ini aku inginkan, yang selama ini aku gumamkan, sekonyong-konyong menjadi nyata disaat aku belum mempersiapkan apa-apa menyambutnya. Saat itu benar terjadi, runtuhlah khayalan tentang pendambaan.

Ampuni aku yang sulit menepati janji. Bukan karena aku tidak mampu, hanya saja janji yang kupatrikan kepadamu sengaja kutaruh demikian tinggi, hingga untuk menggapainya aku harus berusaha lebih dari yang diminta. Kini, demi telinga yang menempel bersisian dengan matamu, dengarkan aku menulis bait-bait ini, agar sedikit terobati kerinduan yang terlanjur menahun. Aku berada pada bait pertama, kau yang kedua. kita bergantian, menciptakan percakapan

Aku sudah meninggikanmu, jauh sebelum kau jatuh meninggalkanku.

Langit rindu kini kelam, semesta yang tak berbintang. Aku dan kenangan, dalam diam tanpa harapan; kembali untukmu.

Jika kau kembali, maukah kau untuk tidak pergi lagi? jika kau hadir lagi, berjanjilah hadir di setiap pagi.

Disetiap pagi, aku harap itu pintamu, yang jatuh tepat di pelupuk mata, berdampingan dengan butiran doa kita.

Disetiap malam, ada yang berbisik mengidamkanmu. dan itu aku, meracau demi menunggu kau dan aku kembali bertemu.

Malam tanpa kegelapan, sepi tanpa keheningan, sunyi tanpa kebisuan, disitu aku terdampar sendiri, menapaki rindu yang gelap.

Ketika terang tanpa pagi, saat hiruk-pikuk tanpa kericuhan, maka hanya bersamamu aku merasa waras. meski dunia tertawa

Tak apa aku mengeja cintamu dalam gelap. sebab terang terlalu gemerlap. telah cukup buta aku, kau tak perlu tahu.

Ketidaktahuanku semoga menyelamatkan kita. ketahuilah, ada aku yang meski tidak tahu segala tentangmu, setia untukmu

Malam diselimuti kenangan. Aku terpojok di sudut kerinduan; kuhanya bisa berharap pada Janji Tuhan, pada janjimu juga.

Perihal rindu, cinta, dan sayap-sayap doa yang mengangkasa kala sujud menghunus bumi, izinkan mereka tetap ada diantara kita.

Ya Tuhan, maafkan aku yg masih saja menyebut nama selainmu dalam doaku. Karena mencintainya adalah wujud kesombonganku yg baru.

Boleh saja kau sombong atas ia yang kau miliki. tetapi ingat, aku bersekutu dengan tuhan demi merebutmu dari tangannya.

Jika aku berhasil direbut, itulah pengorbanan paling suci diantara samudera luka, seperti kisah penyaliban Tuhan dibukit Golgota

Aku tidak ingin mendiktemu Tuhan. tapi kali ini, aku memaksamu untuk mengaminkan pinta, tentang aku dan wanita yang aku cinta.

Pertemuanmu denganku adalah skenario Tuhan, kau hanya perlu berimprovisasi dengan suka dan luka.

Semoga ketika waktu yang menghalangi mata kita berbicara kau buka, ada aku sebagai satu-satunya pria di jendela hati.

Tuhan, Dua hal yg belum aku mengerti di dunia ini; Pria dan Jatuh cinta. Kenapa ia harus berada di jendela, jika pintu terbuka?

ah, andaikan saja kau disini. aku ingin melafadzkannya dekat denganmu, sehasta. agar nafasku bertukar resahmu. agar paru-paruku menghirup uap tubuhmu.

Jakarta, pada malam yang seperti biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar